Jumat, 08 April 2016

Putih

Photo by Google

Putih...

Terlihat sendu dan sederhana. Menyamarkan semua nafsu yang bergejolak. Menyamarkan amarah yang menggelora. Menyamarkan hati yang terlukai. Putih akan selalu terlihat bersih dan suci. Mendinginkan suasana hati dan jiwa yang membara.

Ketika Sang Putih mulai ternodai oleh setitik goresan, semua orang akan mengartikan putih sudah hilang kesuciannya. Putih sudah tidak lagi bersih. Putih sudah menjadi kotor. Itu penilaian yang tidak adil. Putih berhak menjaga dirinya bersih, putih berhak menjaga dirinya suci, putih berhak membersihkan dirinya lagi. Jadi, apa yang dipermasalahkan oleh orang-orang??

Iri, dengki, atau bahkan karena rasa cinta? Tapi, lebih tepat menempatkan hal ini karena rasa cinta. Rasa cinta mendorong diri untuk melakukan sesuatu. Mereka mencurahkan segala isi hati melihat Sang Putih yang sudah ternodai, dan menggelitik untuk memberi kritik atau mengingatkan untuk memberi saran.

Dunia ini penuh dengan intrik dan sandiwara manusia munafik. Semua menganggap diri selalu benar. Manusia makhluk yang sempurna terlihat lebih hina dari makhluk Tuhan lainnya. Manusia dengan keangkuhan dan kesombongan, kejujuran dan kebohongan, yang kuat menindas yang lemah, yang bersalah menjadi pemenang, yang terlihat suci di dalam busuk, yang kontroversi terlihat bodoh, yang terlihat benar padahal bodoh, yang masuk akal mereka anggap sesat.

Itu bagian dari sisi lain manusia yang sempurna. Seperti Sang Putih yang diciptakan putihpun bisa tergores. Dunia terkontaminasi oleh serakahnya manusia, oleh kesombongan manusia.

"Don't Judge People From The Cover"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar